Pilihan Cerdas Sekolah Coding

Daftar Kelas Trial Gratis

Perbedaan Snap! dan Scratch

Oleh Samuel Wirajaya (website)

Co-founder, Acutis Academy. Software Engineer eks-FAANG, penggemar UNIX & Linux.


Alonzo (Snap! mascot) di kiri, versus Scratch Cat di kanan

Saat ini, banyak orang tua di Indonesia mencari cara terbaik untuk memperkenalkan anak-anak mereka ke dunia teknologi. Salah satu pilihan yang populer adalah belajar coding untuk anak adalah bahasa pemrograman Scratch. Maka Anda mungkin bertanya-tanya mengapa kami mengajarkan Snap! di akademi coding kami.

Snap!1 adalah bahasa pemrograman anak sebagai alternatif dari Scratch, dan juga merupakan sebuah platform di mana anak-anak dapat belajar konsep dasar ilmu komputer dengan cara yang menyenangkan.

Walaupun Scratch2 masih merupakan pilihan yang sangat populer bagi banyak pendidik karena kelebihannya dalam hal kemudahan, keberadaan komunitas yang sangat besar, dan pustaka library yang sangat luas, kami memilih untuk menerapkan Snap! karena Snap! menyediakan dasar yang lebih komprehensif dalam prinsip-prinsip ilmu komputer, terutama di bidang struktur data dan pemrograman berparadigma fungsional atau functional programming.

Kenapa bukan Scratch?

Tim kami merasa bahwa penekanan Scratch pada pengembangan permainan dan cerita, meskipun menarik bagi siswa yang lebih muda, mungkin tidak menyediakan kedalaman pemikiran komputasional dan kemampuan berpikir yang dibutuhkan demi kesuksesan di tengah lanskap teknologi yang semakin kompleks. Dengan memulai dengan Snap!, kami dapat memastikan bahwa siswa kami memperoleh fondasi yang kokoh mengenai dasar-dasar pemrograman sebelum menjelajahi topik-topik dan bahasa-bahasa pemrograman yang lebih maju. Kami percaya bahwa di masa depan, hal ini akan menyiapkan mereka untuk sukses di berbagai bidang STEM.

Tentang Snap!

Snap! (sebelumnya dikenal sebagai Bring Your Own Blocks atau BYOB) adalah bahasa pemrograman visual yang dirancang untuk memperkenalkan anak-anak kepada konsep-konsep dasar ilmu komputer.1 Meskipun Scratch telah terbukti populer dan luas digunakan, pada kesempatan ini saya ingin menyoroti beberapa fitur yang membuat Snap! lebih menarik bagi pendidikan ilmu komputer.

Snap! dirancang dengan fokus yang kuat pada mengajar konsep-konsep dasar ilmu komputer. Karena itu, terdapat pula kurikulum berstandar internasional yang menggunakan Snap! sebagai platform pembelajaran siswa. Contohnya adalah Beauty and Joy of Computing yang mencakup materi AP Computer Science Principles.3

Tampilan layar Snap!: antarmuka pemrograman berbasis blok
Tampilan layar Snap!

Perbandingan Scratch vs Snap!

Keunggulan Scratch adalah komunitas pengguna Scratch yang sangat besar. Pada saat ditulisnya artikel ini, terdapat lebih dari 160 juta proyek Scratch yang terhitung di statistik komunitas Scratch.4 Maka tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Scratch unggul dalam hal dukungan komunitas anak-anak dan orang tua, dan aneka ragamnya pustaka library yang juga berasal dari komunitas Scratch yang demikian besarnya.

Namun, alasan akademi kami memilih Snap! adalah:

Kesimpulan

Meskipun Scratch memiliki kekuatan-kekuatannya sendiri, perhatian Snap! pada pemikiran komputasional membuatnya sebuah platform bahasa pemrograman anak yang lebih komprehensif untuk pendidikan ilmu komputer di abad ke-21. Oleh karena itu, Acutis Academy telah memutuskan untuk memilih Snap! dalam kurikulum kami.

Di Acutis Academy, kelas Snap! tersedia untuk anak SD kelas 4-6, dan untuk SMP kelas 7-9. Daftarkan anak Anda sekarang di Acutis Academy di dan biarkan mereka menjelajahi dunia coding dengan menyenangkan menggunakan Snap!


  1. https://snap.berkeley.edu/ Mönig, J. et al. Snap! ↩︎ ↩︎

  2. https://scratch.mit.edu/ MIT Media Lab. Scratch↩︎

  3. https://bjc.edc.org/ Education Development Center, Inc. Beauty and Joy of Computing ↩︎

  4. https://scratch.mit.edu/statistics/ Community Statistics. in Scratch↩︎

  5. https://snap.berkeley.edu/snap/help/SnapManual.pdf Mönig, J. et al. Snap! Reference Manual ↩︎ ↩︎

  6. https://spectrum.ieee.org/functional-programming Scalfani, C. “Why Functional Programming Should Be The Future of Software Development.” In IEEE Spectrum. ↩︎